Sabtu, 01 Oktober 2022

Tamu atau Murid

Tamu atau Murid

 _share dari postingan Ponpes Al Umm -  Ciputat : Muqaddam KH Misbahul Anam_


*ADABUL MURID*


_KITA INI MURID, APA TAMU atau SEKEDAR BUTUH... ??_


Yang masih suka dipuji, dimuliakan, disambut-sambut, kelihatannya ikut majelis padahal cuma kongkow² ngobrol ngalor ngidul, itu kelasnya di hadapan Guru Murobbi-mu masih Tingkatan: TAMU.


Sementara yg sering dilihat salah benarnya, ditunjukan kekurangannya, disalah-salahkan ketika Salah, Dibenarkan Ketika Benar, setiap hari dimarahin, ditempa agar semakin baik, itu baru kelasnya dihadapan Guru Murobbi sdh dianggap,  MURID.


Yang masih seneng minum teh atau kopi bareng sejajar dg Guru, Foto-foto bareng tanpa Tadzhim, ngobral cerita dekat dg orang-orang  mulia (padahal yg dekat cuma fisiknya, bkn hatinya) itu Namanya TAMU.


Yang mau membersihkan WC, Mau Jadi pembantu, bantu kerjaan guru, Khidmah dan bantu kebutuhan Guru, itu namanya MURID.


Yang kalo dtg masih seneng diladeni, disuguhin makanan, masih sempat hore-hore (plus selfie-selfie), masih terkagum-kagum, masih ngobrolin orang-orang besar di depan Guru, itu masih TAMU.


Yang berani mengorbankan lahir dan bathinnya, pikiran, waktu, perasaan dan Prioritas Utama Hidup dan hartanya utk Istiqamah berkhidmah pada Guru dalam Teladan Rasulullah SAW itu baru dinamkan MURID.


*Yang kalo Dateng Ke rumah Guru karena sdg pusing, banyak masalah, kebutuhan, keluhan, dikejar hutang, keluarga ribut, belum dapat jodoh, nyari baskom buat numpahin uneg-unegnya, itu masih tergolong TAMU.*


*Yang sowan karena niat tulus yg kuat, keyakinan akan keberkahan guru, ikhlas tanpa kepentingan, memberi Hadiah Guru Tanpa Pamrih, penuh ketawadhuan itu baru golongan MURID.*


Yang masih suka cuma ngerekam ucapan guru, lalu disampaikan lagi di tempat lain (copas omongan tanpa diamalkan) seperti burung beo, pamer popularitas Guru, pamer Amaliyah (habis ikut ngaji, haul, manaqiban, ziarah dll) itu masih TAMU.


Yang setiap harinya sdh berkontribusi dlm penyelesaian masalah orang lain, memberi manfaat pada sesama, menjadi lentera penerang bagi sesama, itu baru pakaian kesehariannya MURID.


Yang kalo sowan masih memperhatikan bangunan pondok/rumahnya, umur sang guru, mobil orang yg Sowan ke Guru, popularitas guru di media, keras atau lembut nasehatnya, itu masih kelas TAMU.


Yang kalo dtg hanya memandang ketinggian derajat keilmuan guru, sanad keilmuannya yg bersambung sampai kanjeng Nabi, bobot pelajaran yg diberikan, perintah dan larangannya, penyamaran sikap dlm rangka menancapkan hikmah ke hati muridnya, kualitas "kabel/media dan setrum/pelajaran"nya, itu baru levelnya MURID.


*Yang jumlahnya ribuan, masih senang masuk media, seneng ikut gemebyar panggung, ke sana ke mari tanpa bisa memetik hikmahnya, masih seneng ngundang pejabat dan orang terkenal, beramal baru sekali² dan Tdk Istiqomah, Lalu diceritakan ke mana-mana, itu masih kelas TAMU.*


Yang lebih banyak ngumpet di atas sajadah, istiqamah ibadah di dalam kamar bertahun², tdk banyak bicara tapi rajin bekerja, amaliyahnya sungguhan bkn cuma di mulut, satu demi satu ajaran Gurunya diamalkan, itu baru MURID.


Yang masih suka Slonang slonong di hadapan guru, komentar asal bunyi, menyela pembicaraan/nasehat Guru, Bibirnya gak punya rem (nyerocos di depan guru), membanding-bandingkan guru dg ulama/wali lain, atau terkadang memandang guru remeh sebelah mata, itu masih tingkatan TAMU.


Yang sejak awal sowan sdh menundukan akalnya, mendudukan hatinya, mengikat erat nafsunya, berani memaksa ruhnya utk tawadhu di hadapan guru, selalu hormat dan berhati-hati dlm bersikap atau berbicara kepada Guru, ngerti strategi yg baik dan penuh tatakrama jika sdg benar² butuh nasehat Gurunya, itu baru MURID.


Yang gak bisa kesenggol aibnya, gak kuat hati utk didandani, gak kuat hati utk dibuka hatinya, serba ingin dimuliakan, itu namanya TAMU.


Yang selalu merasa tdk bisa berlaku benar di hadapan guru, selalu merasa banyak salah, gak suka dipuji, gak punya ruang di hatinya utk pamer urusan dunia, yang punya masalah berat tapi gak pernah mau mengeluh kepada Guru (karena takut menambah beban pikiran guru), klu harus mengutarakan karena hanya berharap solusi dan  doa guru, itulah MURID


Yang masih mudah terbawa arus, ke sana ke mari tanpa arah tujuan walau ngaku sudah punya guru murobbI, itu kelasnya masih TAMU.


Adapun yang sDh bisa mengayomi dan menenteramkan, belajar memberi manfaat kepada sesama, selalu berusaha berbuat baik, bersedia direpotkan menyelesaikan urusan guru dan sesama manusia, teguh menegakkan kebenaran, dan berolah derajat mulia di hadapan Gusti Allah SWT, itu baru kelasnya MURID.


Mari kita introspeksi Diri Lagi, Jangan-jangan kita ini pangkatnya baru TAMU, tapi sudah terlanjur GR merasa jadi MURID.. 

Periksa diri.. Sudah pantaskah kita mengaku sbg MURID.


Lalu Bagaimana Kita Bisa Dekat Dengan Rasulullah SAW...???, Jika Kepada Guru, Murobbi, Ulama Pewaris Ilmunya Rasul Saja Kita Kurang ISTIQOMAH Berjuang Bersama-sama...

Rabu, 31 Agustus 2022

Sejarah Logo (Lambang) Thoriqoh Tijani

 Sejarah Logo (Lambang) Thoriqoh Tijani

Sejarah Logo (Lambang) Thoriqoh Tijani

Lambang Thariqat Tijaniyah ini diresmikan dalam pertemuan Muqaddam Tijani se-Jawa Madura yang bertempat di Pondok Pesantren Al Munawwariyah Sudimoro Bululawang, Malang pada malam selasa jam ./23.35 Wib, 3 Rajab 1410 H/29 Januari 1990 M.
Lambang thariqat tijaniyah diciptakan oleh KH Umar Baidhawi Kemalaten, sepanjang, surabaya dengan masukan-masukan dari :
KH Badri Masduqin Kraksaan Probolinggo : Tulisan As-Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani r.a dengan tulisan kufi.
H. Ahmad Fauzan Adhiman Fathullah Sidogiri,Kraton Pasuruan : Mencantumkan martabat As-Syeikh Ahmad bin Muhammad AT-Tijani r.a yaitu Al-Khatmul Muhammadiyul Ma’lum Al Quthbul Maktum dan Al Barzakhul Makhtum
KH Mukhlash Ahmad Ghazi Bladu Wetan Barnyard, Probolinggo : Masyrab/lambang Thariqat Tijaniyah tersebut dilingkari Na’lur Rasul
Hadir dalam pertemuan Muqaddam tersebut 14 Muqaddam Tijani, yaitu :
KH Umar Baidhawi, Surabaya
KH Mustafa, Surabaya
KH Mukhlas Ahmad Ghazi Fathullah, Probolinggo
KH Ma’shum Bahrawi, Probolinggo
Al Habib Ja’far Ali Bahrun , Probolinggo
KH Abdul Wahid, Kraksaan
KH Dhafiruddin, Kraksaan
KH Mashur Shaleh, Jember
KH Ahmad Fauzan Adhiman Fathullah, pasuruan
KH Hadin Mahdi, Blitar
KH Abdul Ghafur,Bondowoso
KH Nawawi, Bondowoso
KH Jamaluddin , Sumenep
KH Ridhwan Abdurrahman, blitar
Lambang Thariqah Tijaniyah sebagaimana gambar
Perinciannya sebagai berikut ;

1. Tulisan nama As-Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani r.a ditengah, berbentuk masyrab/kendi,melambangkan Masyrabul Kitmani.
Dan bahwasanya : Jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (agama islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). QS Al Jin, 72:16

 2. Nama As Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani r.a menggunakan tulisan kufi, nisbat kota Kutfah di Iraq dengan isyarat menjadi kufiya yang artinya dicukupi.Melambangkan martabat terakhir para wali, yaitu Khatmul Auliya.

3. Dimulut masyrab terdapat tasydid, tanda bacaan dalam tulisan arab, berbentuk riak air, melambangkan madad  As Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani r.a yang selalu melimpah ruah.

Sebuah mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.QA Al Insan,76:6

 4. Diatas masyrab terdapat tiga tulisan : 1.Al Khatmul Muhammadiyul Ma’lum,2. Al Quthbul Maktum,3. Barzakhul Makhtum, melambangkan keagungan maratabat kewalian  As Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani r.a

5.  Sebelah kanan masrab terdapat tujuh  ujung tangkal daun melmbangkan Hadharatul Mustafidah

6.  tujuh ujung tangkal daun sebelah kiri melambangkan tujuh bacaan Shalawat Jauharatul Kamal

7. Semuanya itu dilingkari N’lur Rasul, melambangkan semua gerak langkah ikhwan tijani harus dalam lingkaran sunnah Rasulullah SAW.

Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS.Ali Imron,3:31.

8. Na’lur Rasul dihiasi tali, melambangkan ikatan,pegangan dan persatuan yang kuat.

Dan berpegangalah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai,,QS.Ali Imran 3:103.

Berkembangnya Thariqat Tijaniyah cepat sekali di Indonesia sebab :
Wiridnya yang ringan, mudah dikerjakan dan tidak menyita waktu dalam kesibukan
Peraturan yang menjadi kewajiban bagi ikhwan Tijaniyah menyejukan perasaan gersang haus bak siraman embun bagi masyarakat dibutuhkan dalam pergaulan insan sosial.
Thariqat Tijaniyah masuk ke Indonesia pada tahun 1922 M yang dibawa oleh KH Anas Abdul Jamil dari Mekah ke Jawa Barat, Cirebon buntet dan dibantu oleh saudaranya KH Abbas.Dan Pada tahun 1926 M gurunya datang ke jawa barat membawa kitab Munyatul murid yaitu Sayyid Ali bin Abdullah At Thayyib,beliau guru hadits di Madinah.
Tiga serangkai menyebarkan  Thariqat Tijaniyah dari cirebon ke tasikmalaya,garut,bogor dan sampai ke Jawa tengah,jati barang dan selempung,dukuh seti,pati.
Semoga bermanfaat 🙏🙏🙏